Tue, 06 December 2016
Bandung, Biro Humas, Selasa 6 Desember 2016.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan membuka
Kongres IX MKTI dan Seminar Nasional VIII di Bandung yang diselenggarakan dalam
rangka menyikapi bencana banjir bandang Garut baru-baru ini. Hadir para pakar
dan praktisi konservasi tanah dan air dari seluruh Indonesia melaporkan hasil
penelitian dan kajiannya guna membantu memberikan jalan keluar atas potensi
bencana banjir dan longsor di Jawa Barat. Kongres yang bertema “Mencegah
Degradasi Lahan Bersama Masyarakat untuk Mencapai Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan", di langsungkan di Bandung,
6 Desember 2016 diselenggarakan oleh MKTI (Masyarakat Konservasi Tanah dan Air
Indonesia).
Pada sambutan selamat datang, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyampaikan keprihatinannya pada penggunaan air tanah di Provinsi Jawa Barat. Diantaranya adalah penggunaan sumur artesis secara besar-besaran yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah 5- 15 cm setiap tahun. Oleh karena itu Pemerintah Jawa Barat mengedepankan pembangunan berorientasi green building agar air hujan dapat terus menyerap ke dalam tanah menggantikan air-air yang hilang.
Kerawanan bencana terkait DAS di Jawa Barat karena potensi hujan yang tinggi rata-rata 3000 mm/tahun menyebabkan daerah rentan banjir diantaranya pesisir pantai utara yang meliputi Garut, Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon (DAS Cimanuk dan Cipunagara), beberapa kecamatan di Cekungan Bandung seperti kecamatan Majalaya, Ciparay, Banjaran dan Deyeuh Kolot (DAS Citarum) serta kecamatan Padaherang di kabupaten Ciamis (DAS Citanduy).
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam sambutan yang dibacakan Dirjen
PDAS-HL (Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung) mengatakan bahwa luas
hutan dan lahan yang mengalami degradasi tahun 2016 menurun dibandingkan dengan
tahun 2011, yang meliputi areal hutan dan lahan seluas 27.294.840 hektar.