Riset Indonesia Tentang Kebakaran Di Lahan Gambut,Berpotensi Koreksi Faktor Emisi IPCC

Thu, 19 July 2018

Biro Humas KemenLHK, Jakarta  :  Peneliti-peneliti dari Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB bekerjasama dengan South Dakota State University (SDSU), Montana University, Universitas Palangkaraya, Pemda Kalimantan Tengah, Pemda Kab. Kapuas dan BOSF (Borneo Orangutan Survival Foundation) Mawas berhasil melakukan riset perhitungan penentuan angka faktor emisi dengan sebuah metode baru yang akan merubah nilai emisi karbon Indonesia menjadi 19% lebih sedikit dari pada nilai emisi terdahulu yang menggunakan angka faktor emisi dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Hal ini diumumkan dalam briefing media, Kamis (16/6) di Ruang Museum Jati 1 Blok 6 Kementerian LHK, Gedung Manggala Wanabakti , jalan Gatot Subroto Jakarta . 

Riset ini dipaparkan oleh Prof. Bambang Heru Saharjo sebagai pimpinan tim peneliti atas riset tersebut. Riset gabungan ini didanai oleh NASA dengan judul “NASA Tropical Peat Fire Research Project Incorporating, Quantifying and Locating Fire Emissions from Tropical Peat Lands: Filling a Critical Gap in Indonesia's National Carbon Monitoring, Reporting and Verification (MRV) Capabilities for Supporting REDD+ Activities”. 

“Indonesia sangat berkepentingan dengan hasil riset ini karena akan memperkuat ‘confident’ kita dalam memaparkan data referance level emisi karbon terutama dari peat land forest/hutan rawa gambut versi Indonesia pada forum-forum internasional”, urai Direktur Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan Monitoring, Pelaporan dan Verifikasi, Krisfianti Linda Ginoga dalam briefing media tersebut.

Sementara itu Direktur Mitigasi Perubahan Iklim, Emma Rachmawaty menyatakan bahwa, “Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari review perbaikan yang terus menerus. Di UNFCCC ada Task Force Inventory (TFI) yang salah satu tugasnya menyusun data base faktor emisi dari seluruh dunia/Emision Factor Data Base (EFDB) yang bisa digunakan oleh seluruh negara yang sesuai dengan karakter gambut masing-masing. Pada Bulan Oktober nanti Indonesia akan menjadi tuan rumah TFI, nanti di forum itu akan dilakukan assesment terhadap emision factor yang disampaikan oleh para ahli, selama mereka bisa menyampaikan data yang bisa dilacak dan layak sebagai proses untuk diakui melalui forum Internasional. Pada forum itu riset ini bisa diajukan”. 

Saat ini Indonesia selalu dituding sebagai negara pengemisi karbon terbesar ketiga di dunia setelah USA dan Cina, terutama disebabkan besaran emisi dari deforestasi, kebakaran hutan dan kebakaran gambut ke dalam perhitungan emisi total. Padahal jika nilal emisi dari kebakaran gambut dikeluarkan dari perhitungan, maka ranking Indonesia sebagai negara pengemisi karbon akan turun ke peringkat 22 atau 24. Hal ini dengan jelas menunjukkan pentingnya memproteksi gambut Indonesia dari kebakaran gambut untuk menurunkan emisi karbon dunia, dan menyediakan metode kalkulasi yang lebih akurat untuk menghitung besaran ernisi yang dihasilkan dari kebakaran garnbut, yang pada akhirnya akan dapat digunakan secara luas untuk mereposisi ranking Indonesia.

Melalui riset ini dipaparkan metode baru menghitung emisi yang dihasilkan dari kebakaran gambut, yaitu menggunakan peralatan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Photoacoustic Extinctiometer (PAX) dengan menggunakan panjang gelombang 405 nm dan 870 nm, gravimetric filters, dan Whole Air Sampling (WAS). Emisi kebakaran gambut selama ini dihitung menggunakan persamaan Seiler dan Cruizen yang diadopsi oleh IPCC sebagai berikut : Lfire = A*Mb*Cf*Gef*10-3 dengan A adalah luasan terbakar, Mb = massa bahan bakar tersedia, Cf = combustion factor, dan Gef = faktor emisi untuk setiap gas. Dengan demikian, kalkulasi faktor emisi menjadi salah satu parameter penentu dalam penghitungan emisi total dari kebakaran gambut.

Hasil penelitian ini mendorong dilakukannya revisi nilai faktor emisi yang selama ini digunakan IPCC, yaitu untuk nilai CO2 (-8%), CH4 (-55%), NH3 (-86%), CO (+39 %). Data faktor emisi yang saat ini digunakan oleh IPCC untuk kebakaran gambut Indonesia adalah 1703 untuk CO2 dan 20,8 untuk CH4. Data faktor emisi IPCC ini diperoleh dari hasil penelitian skala lab yang dilakukan dengan sampel gambut dari Sumatera pada tahun 2003.

Penanggung Jawab Berita:
Kepala Biro Hubungan Masyarakat KLHK, Novrizal HP: 0818432387

Melayani hak anda untuk tahu