Pojok Iklim KLHK Rencanakan Aksi Cepat Tangani Karhutla

Thu, 31 March 2016

Nomor : S. 239 /HUMAS/PP/HMS.3/2/2016

Jakarta- Biro Humas, Kamis, 31 Maret 2016: Pojok iklim, sebuah forum diskusi multi sektoral yang digagas oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah wadah diskusi antara KLHK, para pelaku usaha, akademisi yang diharapkan mampu melahirka aksi-aksi nyata sebagai tindak lanjutnya untuk memperbaiki dan memberi kontribusi positif dalam menekan perubahan iklim di Indonesia.

Rabu (30/3/2016) lalu, secara khusus pojok iklim membahas tentang kebakaran hutan dan lahan serta penanganan penanggulangan yang telah dilakukan hingga saat ini. Kebakaran hutan dan lahan memang menjadi salah satu penyumbang emisi Gas Rumah Kaca (GRK) khususnya dari lahan gambut.

Raffles Brotestes Panjaitan, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan pada Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, mengatakan, “Perlu adanya suatu kordinasi yang kuat antar lembaga untuk memutuskan siapa sebenarnya pihak yang berhak mengeluarkan jumlah titik panas, sehingga antisipasi penanggulangannya juga bisa segera dilakukan bila kita mendapati memang terdapat titik api di suatu daerah.”

Pada tahun 2015, Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah berhasil memadamkan 11.240 ha kebakaran lahan dan hutan, berdasarkan estimasi KLH, peristiwa ini juga melepas 1,1 giga ton CO2 eqivalen ke udara. Pada tahun 2016 berdasarkan pantauan satelit NOAA18 dengan menggunakan tingkat signifikan dan kepercayaan sebesar 80%, data menunjukkan adanya penurunan jumlah kebakaran hutan dan lahan yang terjadi dari Januari-Maret 2016, dibandingkan pada bulan yang sama di tahun 2015. 

“Pada Februari 2015 misalnya hasil pantauan satelit NOAA mencatat ada 518 titik api, sementara tahun ini hanya 166 titik api,” ujar Raffles. Raffles juga menjelaskan, KLHK tengah mengembangkan aplikasi yang bisa diunduh oleh petugas pemantau kebakaran hutan dan lahan di daerah melalui telepon genggang (smartphone) mereka. Aplikasi ini memberi informasi secara langsung (real time) lokasi-lokasi dan kordinat daerah dengan titik panas (hot spot) yang tinggi. Bila setelah pemantauan lapangan petugas mendapati bahwa titik panas tersebut tidak berpotensi menjadi titik api, maka laporan tersebut dapat langsung dihapus (delete), secara langsung sistem ini akan membaca penghapusan informasi ini sebagai laporan bahwa titik tersebut aman dari kebakaran. 

Pada kesempatan yang sama Dr. Indroyono Soesilo, yang turut hadir dalam diskusi ini menerangkan pihaknya bersama dengan tim dari Institut Teknologi Bandung, tengahh mengembagkan alat berbentuk drone dan pesawat tanpa awak, yang dilengkapi kamera, untuk memantau dan mencitrakan gambar serta kordinat kebakaran huta secara langsung (real time).

Indroyono juga mengatakan, teknologi ini dapat memantau api di tempat yang sangat susah di jagkau. Terbang dengan ketinggian 400-500 meter diatas permukaan tanah, alat yang merupakan produk asli Indonesia ini telah banyak digunakan untuk pemetaan lahan tambang.

Diskusi pojok iklim ini ditutup dengan kesepakatan bahwa KLHK akan melakukan uji coba penggunaan alat ini untuk pemantauan kebakaran hutan dan lahan, sambil terus meningkatkan kemampuan seluruh personel Manggala Agni- KLHK, Polisi Huta, TNI, Polri, serta masyarakat yang ikut berpatroli. 

Penanggung Jawab Berita:
Kepala Biro Hubungan Masyarakat KLHK, Novrizal HP: 0818432387
Informasi Pemantauan Kebakaran Hutan dan Lahan: http://sipongi.menlhk.go.id/

Melayani hak anda untuk tahu