Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar

Thu, 14 April 2016

Nomor : S. 282 /HUMAS/PP/HMS.3/4/2016

Jakarta, Biro Humas KLHK, Kamis, 14 April 2016. Pada hari ini dicanangkan Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar di Pulau Karya Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Gerakan ini diawali oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang didampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, 8 duta besar negara sahabat, 17 mitra kerja internasional serta undangan lainnya dengan melepasliarkan 4 (empat) ekor penyu sisik dewasa dan 200 ekor tukik penyu sisik, serta 3 (tiga) ekor burung elang bondol yang merupakan lambang Pemerintah DKI Jakarta dan 250 ekor burung jenis lain yang memiliki habitat di Kepulauan Seribu. Pelepasliaran burung serta satwa liar lainnya juga dilakukan secara serentak di beberapa Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (UPT KSDAE) Kementerian seluruh Propinsi di Indonesia. Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar tidak hanya terfokus pada burung semata namun berbagai spesies satwa terancam punah lainnya dengan total pelepasliaran burung sebanyak 1.478 ekor, kura-kura dan penyu sebanyak 159 ekor, tukik sebanyak 500 ekor, biawak 2 ekor, beruang madu 6 ekor, musang 9 ekor, dan orangutan 5 ekor. Satwa yang dilepasliarkan telah melalui proses pemeriksaan kesehatan sesuai prosedur yang berlaku.

Presiden RI, Joko Widodo menyatakan ada dua hal yang penting diwariskan kepada anak cucu kita yaitu pertama ilmu pengetahuan dan kedua kelestarian alam. Indonesia dipandang sebagai negara megabiodiversity dan paru-paru dunia sehingga kelestarian alam dunia bergantung pada kelestarian alam Indonesia. Kelestarian alam bukan hanya menanam pohon tetapi juga memperhatikan satwa dan ekosistem yang ada di dalamnya, pencanangan gerakan ini adalah jawaban Indonesia terhadap harapan dunia tersebut. 

“Kunci keberhasilan gerakan ini adalah pada komitmen, kerja keras dan keberlanjutan gerakan tersebut. Gerakan nasional harus solutif dan terukur hasilnya. Saya ingin melihat impact dari kegiatan ini, berapa pohon yang ditanam, berapa satwa yang terlindungi dan berapa penurunan polusinya. Hasil-hasil yang benar dan nyata ingin dilihat oleh rakyat”, ucap Presiden. 

Pada kesempatan ini Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya melaporkan kepada Presiden bahwa Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar tahun 2016 merupakan rangkaian kegiatan dari Hari Hutan Internasional, Hari Bakti Rimbawan dan Hari Lingkungan Hidup. Lebih lanjut Siti Nurbaya menyampaikan perspektif lingkungan dan kehutanan merupakan keseharian kehidupan masyarakat yang mendukung ketahanan pangan, air dan energi. Fungsi ekologis harus dijaga dalam konteks perubahan iklim, menciptakan lingkungan yang bersih, masyarakat yang sehat, yang didukung tata pemerintahan yang baik. Siti Nubaya lebih lanjut menyampaikan taman nasional tempat diselenggarakannya kegiatan ini merupakan basis pengembangan wilayah. 

“Hari ini digemakan Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar dengan melakukan kegiatan tranplasantasi karang 1000, mangrove 6000 dalam 600 rumpun. Nilai ekonomi Mangrove secara akademik tercatat 10,5 triliun di pantai utara Jakarta. Total mangrove 3,7 juta ha dan dalam kondisi baik 2,6 juta ha seluruh indonesia”, ucap Siti. 

Penyelamatan satwa tidak dapat dilakukan secara terpisah dengan ekosistem yang menjadi habitatnya. Sebagai simbol penyelamatan satwa dan ekosistemnya dilakukan pula penanaman 6000 bibit mangrove, penanaman/transplantasi 1000 bibit terumbu karang dan lamun yang merupakan ekosistem penting yang menjadi habitat baik satwa darat dan perairan.

Kegiatan Gerakan Nasional ini dilaksanakan dalam rangkaian Hari Hutan Internasional (HHI) 2016, dengan tema “Membangun Hutan dan Lingkungan untuk Ketersediaan Udara dan Air Bersih” atau “Forests and Water, Sustain Life and Livelihoods”.

Gerakan Nasional ini melibatkan seluruh lapisan masyarakat, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat luas terhadap kelestarian tumbuhan dan satwa liar. Hal ini merupakan upaya konservasi sebagai bagian dari mesin pertumbuhan ekonomi atau dikenal dengan konsep green economy.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, mengatakan ”Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, memiliki agenda untuk menjaga dan meningkatkan populasi satwa-satwa langka yang terancam punah,” ia melanjutkan, “Kami berupaya meningkatkan 10% populasi satwa langka tersebut dalam kurun waktu 5 tahun.”

Pada kesempatan ini Presiden RI juga berkenan menerima Laporan SOLL (Save Our Litoral Life) dari Kepala Staf Angkatan Laut diwakili Komandan Korps Marinir TNI AL Mayjen TNI Buyung Lalana, yang merupakan buku rekam jejak yang menggambarkan kejayaan maritim nusantara dengan segala potensinya dan diharapkan mampu memberikan motivasi dan inspirasi kepada seluruh komponen bangsa untuk mau “kembali ke laut” serta menumbuhkan kesadaran untuk mau dan mampu menjadi bangsa bahari yang besar. Kegiatan SOLL merupakan wujud kepedulian bangsa terhadap kelestarian lingkungan hidup dan pembangunan sektor maritim Indonesia.

Penanggung jawab berita

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, DR. Tachrir Fathony, Hp. 08121056749;
Kepala Biro Hubungan Masyarakat KLHK, Novrizal, HP.0818-432-387

Melayani hak anda untuk tahu