Thu, 04 August 2016
Nomor : S. 34 /HUMAS/PP/HMS.3/2/2016
Jakarta- Biro Humas, Kamis, 4 Agustus 2016: Konservasi adalah upaya pelestarian atau perlindungan sumber daya alam untuk keberlanjutan pemanfaatan di masa depan. Indonesia sebagai negara dengan luas hutan terbesar ke-3 di dunia, dikaruniakan tumbuhan dan satwa yang beragam sehingga perlu melakukan aksi konservasi untuk menjaga keberlangsungan mahluk hidup ini.
Berdasarkan Kepres No. 22 tahun 2009 sebagai upaya untuk mengenalkan konservasi alam kepada masyarakat yang diharapkan menjadi budaya bangsa, dan menetapkan 10 Agustus menjadi Hari Konservasi Alam Nasional. Setelah dilaksanakan sejak 2014, pada tahun ini HKAN 2016 akan kembali dilaksanakan di Taman Nasional Bali Barat.
Mengambil tema “Konservasi untuk Masyarakat” jambore ini merupakan sebuah sarana untuk mengevaluasi seluruh kegiatan konservasi yang dilakukan oleh seluruh pelaku konservasi di Indonesia. Berbagai konservasi dilakukan antara lain konservasi air, tumbuhan, satwa, serta pemanfaatan jasa wisata.
Taman Nasional Bali Barat dipilih menjadi tuan rumah tempat pelaksanaan Jambore Konservasi adalah karena TN Bali Barat memiliki pencapaian yang cukup baik dalam kegiatan konservasi dan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Tachrir Fathoni mengatakan, “Kita ingin memberikan apresiasi kepada masyarakat yang telah terlibat aktif dalam upaya penangkaran khususnya Jalak Bali,” lebih lanjut Tachrir Fathoni menyampaikan,” penangkaran Jalak Bali kerjasama ini merupakan kerjasama yang paling sukses yang dilakukan KLHK dan masyarakat sekitar Taman Nasional sejauh ini”.
Saat ini jumlah Jalak Bali yang ada di kawasan Bali Barat ada sekitar 64 ekor, dan hasil konservasi masyarakat mampu memberi kontribusi lebih dari 3.700 Jalak Bali. Diharapkan melalui pelaksanaan konservasi di Bali Barat ini, mampu menjadi acuan bagi daerah lain, dalam pemberdayaan masyarakat, dengan tujuan peningkatan ekonomi bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan.
Indonesia yang memiliki iklim tropis juga menjadi rumah bagi tanaman-tanaman obat, dan KLHK juga berusaha melakukan berbagai usaha untuk mengkonservasi lumbung-lumbung tanaman obat di Indonesia, sehingga harapannya Indonesia dapat mandiri sebagai negara sumber tanaman obat.
Pengembangan Taman Nasional, selain menjadi alat konservasi diharapkan juga menjadi tujuan wisata pilihan baik turis internasional maupun domestik. Dalam keterangannya Dirjen KSDAE mengatakan, bahwa dari sejumlah target wisatawan yang masuk ke Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan diberi mandat untuk mampu menyumbang 1,5 juta kunjungan wisatawan di seluruh Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan tempat-tempat konservasi lainnya.
Tachrir Fathoni menambahkan, bahwa KLHK juga meningkatkan kerjasama dengan pemerintah daerah, di mana Pemerintah Daerah akan menyerahkan kawasan ekosistem esensial yang difungsikan sebagai kawasan konservasi untuk Orangutan, ekosistem ini berguna sebagai habitat dan jalur perjalanan Orangutan nantinya, sehingga diharapkan mampu mengurangi konflik antara satwa dengan manusia.
Penanggung Jawab Berita:
Kepala Biro Hubungan Masyarakat KLHK, Novrizal HP: 0818432387