Mon, 23 October 2017
SIARAN PERS
Nomor: SP. 309/HUMAS/PP/HMS.3/10/2017
Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Senin, 23 Oktober 2017. Upaya pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla), mendapat dukungan publik. Sebagaimana dilakukan Miss Earth 2016, Louisa Andrea Soemitha, yang saat ini aktif dalam suatu program kegiatan lingkungan dengan fokus pencegahan karhutla.
Dalam kesempatan wawancara radio bersama Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL), KLHK , Raffles B. Panjaitan, di Jakarta (23/10/2017), Andrea menyampaikan program ASK (Alam Sumber Kegiatan) yang akan dilaksanakannya, merupakan kerjasama dengan Direktorat PKHL KLHK.
Sementara Raffles menjelaskan bahwa, program ini berupa sosialisasi dan kampanye pencegahan karhutla, yang ditujukan untuk generasi muda pelajar seperti siswa SD, SMP, dan SMA di wilayah-wilayah rawan karhutla.
"Generasi muda ini penting untuk diberikan pemahaman yang baik tentang menjaga lingkungan hidup. Mereka dapat menjadi agen perubahan bagi masyarakat di sekitarnya. Generasi muda ini akan tumbuh menjadi generasi penerus yang harus dibekali penyadartahuan untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan, agar lingkungan hidup kita terjaga dengan baik", tutur Andrea mendukung pernyataan Raffles.
Raffles juga menambahkan bahwa, Unit Pelaksana Teknis (UPT) KLHK terus melakukan pelatihan dan pembinaan kepada masyarakat, tentang bagaimana membuka lahan tanpa membakar, dan pengolahan limbah hasil pembukaan lahan, yang dapat dimanfaatkan untuk kompos/pupuk dan bahan bakar, seperti cuka kayu dan briket arang.
Pelatihan-pelatihan ini, dilaksanakan dalam wadah pembentukan dan pembinaan Masyarakat Peduli Api (MPA). “MPA yang dibentuk inilah yang akan menjadi mitra bagi KLHK di tingkat tapak dalam melakukan aksi nyata pembukaan lahan secara bijaksana, tanpa membakar sehingga dampak-dampak negatif dari karhutla tidak lagi ada, dan dirasakan oleh masyarakat itu sendiri", ungkap Raffles.
Sementara itu, 13 hotspot yang tersebar di Kalimantan Timur (7 titik), Kalimantan Tengah (3 titik), Sulawesi Tengah (1 titik), dan Sulawesi Selatan (2 titik), terpantau oleh satelit NOAA tadi malam (22/10/2017), dan Satelit TERRA AQUA (NASA) confidence level ?80%, hanya menangkap 5 hotspot, yaitu di Papua, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
Dengan demikian berdasarkan satelit NOAA hingga 22 Oktober 2017, total terdapat 2.484 hotspot di tahun ini, sedangkan tahun sebelumnya mencatat 3.704 hotspot. Hal ini menunjukkan penurunan sebanyak 1.220 hotspot atau sebesar 32,93%.
Penurunan sejumlah 1.642 titik (44,42%) juga ditunjukkan satelit TERRA-AQUA (NASA) confidence level ?80%, yang mencatat 2.054 hotspot di tahun ini, setelah setahun sebelumnya tercatat sebanyak 3.696 hotspot. (*)
Penanggung jawab berita:
Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Djati Witjaksono Hadi – 081375633330