Thu, 19 July 2018
Biro Humas KemenLHK, Lombok : Dalam kunjungan kerja ke Lombok Nusa Tenggara Barat, Kepala Pusat Litbang Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim Kementerian LHK Dr. Bambang Supriyanto mengatakan bahwa pendekatan partisipatif dan kemitraan perlu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di sekitar hutan. Hal itu dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam mengembangkan hasil hutan bukan kayu yang menjadi primadona daerah Lombok seperti bambu tabah, lebah madu, kopi sambung, talas, singkong, ubi jalar, kemiri, duren lombok, dll. Pola pendekatan partisipatif ini bisa membantu 256 kepala keluarga di sekitar Hutan Rarung Lombok dengan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu melalui koperasi Wana Makmur yang terdiri dari 6 kelompok tani.
Menurut Kepala Balai Penelitian Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu Kementerian LHK Mataram, Ir. Harry Budi S. MP, Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Rarung yang luasnya sekitar 306, 6 hektar merupakan salah satu laboratorium alam yang ada di Indonesia, terutama dalam budidaya tanaman bambu tabah yang pemasarannya berorientasi eksport ke Korea dan Jepang. Saat ini pemasaran rebung bambu tabah telah menembus pasar internasional seperti China dan Taiwan. Sedangkan nilai tambah dari madu Trigona diorientasikan untuk propolis, madu dan bee pollen. Untuk memanfaatkan ruang juga dikembangkan jenis kopi sambung yang mampu berproduksi 60 kg/pohon/ tahun. Tanaman pangan lokal seperti talas, singkong, ubi jalar dimaksudkan untuk memenuhi ketahanan pangan masyarakat lokal.
Disamping itu di sini juga dikembangkan inokulum kayu Girynops versteegii umur 7 tahun yang dapat menghasilkan dihasilkan gubal gaharu sekitar Rp. 15 juta untuk klas super dan Rp 3 juta untuk kelas rendah. Juga dikembangkan biofuel dari tanaman nyamplung walaupun biaya produksi dalam skala laboratorium sebesar Rp 15 000 masih lebih tinggi dibanding harga pasar yaitu sekitar Rp 5650/liter.
Balai Penelitian Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu Mataram mengembangkan bambu tabah (Gigantochloa nigrrociliata BUSE KURZ) di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Rarung, Lombok NTB. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatan ekonomi kawasan masyarakat di sekitar kawasan hutan melalui pola kemitraan dengan kelompok-kelompok tani. Harapannya bambu tabah dapat membawa berkah bagi petani penggarap, karena dari rumpun-rumpun bambu tabah akan tumbuh rebung (tunas bambu) berkualitas yang siap diterima di pasar lokal maupun global. Selain itu batang bambu yang tua dapat dimanfaatkan untuk bahan baku industry kerajinan.
Selaras dengan hal tersebut, Dr.Ir. PK. Diah Kencana, MS dari Puslitbang Bambu - Universitas Udayana, pengembangan bambu tabah di KHDTK Rarung, Pulau Lombok ini adalah penanaman yang pertama kali di luar Pulau Bali, dan mempunyai prospek menjadi pusat pengembangan bambu tabah di Lombok. Sebagai pengenalan awal, BPTHHBK telah memfasilitasi beberapa anggota kelompok tani dan penggarap sekitar KHDTK Rarung untuk studi banding ke Bali. Selanjutnya pembimbingan akan diberikan oleh Puslitbang Bambu UNUD mulai dari penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan pasca panen sampai pemasaran.
Pada tahap awal telah dilakukan fasilitasi pemetaan lahan garapan petani beserta potensinya; Fasilitasi pembentukan kelompok petani penggarap (Kelompok Mitra Tani - Dusun Taman Baru, beranggotakan 40 petani), (Kelompok Patuh Angen - Dusun Repukpidendang, beranggotakan 40 petani), (Kelompok Beriuq Maju - Dusun Mertapaok beranggotakan 40 petani), (Kelompok Pade Girang - Dusun Sintung Timur, beranggotakan 30 petani), (Kelompok Sinar Jati - Dusun Sintung Utara, beranggotakan 50 petani), dan (Kelompok Beriuq Pacu - Dusun Selojan, beranggotakan 30 petani); Fasilitasi pembentukan koperasi “Wana Makmur”, Fasilitasi terbentuknya awig-awig kelompok dan Penumbuhan usaha produktif petani melalui budidaya berkelanjutan lebah Trigona dan Bambu Tabah.
Tahap pertama telah ditanam sekitar 2000 batang bambu tabah di KHDTK Rarung dan tersebar di beberapa kelompok tani penggarap. Selanjutnya akan terus dilakukan pendampingan usaha, pengembangan kelembagaan serta penguatan kapasitas sumberdaya manusia dan penguasaan teknologi. Mengingat keberhasilan pemberdayaan petani bukan hanya berdampak pada meningkatnya nilai manfaat KHDTK bagi masyarakat sekitar tetapi juga meningkatkan dukungan masyarakat sekitar terhadap keberhasilan pengelolaan KHDTK maka upaya pemberdayaan tersebut perlu terus dilakukan
Penanggung Jawab Berita:
1. Kepala Biro Hubungan Masyarakat KLHK, Novrizal HP: 0818432387
2. Kepala Pusat Litbang Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim Kementerian LHK Dr. Bambang Supriyanto, HP. 08164810830
3. Kepala Balai Penelitian Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu Kementerian LHK Mataram,
Ir. Harry Budi Santoso, MP, HP. 081320128755