Tim Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Menyusun Strategi Pencegahan Karhutla Melalui Informasi Masyarakat Sekitar

Mon, 09 October 2017

SIARAN PERS
Nomor : SP. 291/HUMAS/PP/HMS.9/10/2017

Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Senin, 9 Oktober 2017.Bulan Oktober Indonesia telah memasuki musim penghujan. Meski curah hujan tinggi  di sejumlah  wilayah namun hal tersebut tidak membuat Brigade pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK -Manggala Agni  tinggal diam dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan. Disampaikan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), bahwa prediksi curah hujan bulan Oktober di wilayah Indonesia menunjukkan kisaran menengah sampai tinggi (200- 500 mm/bulan).
Adapun curah hujan yang rendah terdapat di wilayah Pantai Utara Jawa, Madura, dan sebagian Nusa Tenggara Barat sekitar Gunung Tambora. Sementara curah hujan sangat tinggi terdapat di sekitar Bengkulu Tengah, Meulaboh (Aceh), dan Pulau Timor Nusa Tenggara Timur.
Meski dalam beberapa hari terakhir ini curah hujan tak menentu, Manggala Agni di sejumlah wilayah rawan karhutla pun tak surut melakukan antisipasi karhutla dan juga upaya pemadaman. Seperti diketahui dalam perbandingan data, baik tahun 2015 dan 2016, tahun 2017 ini terjadi penurunan angka hotspot dan karhutla yang cukup berarti. Hal ini pun tak lantas membuat Tim Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK lengah dalam menjalani tugas.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Raffles B. Panjaitan juga mengakui bahwa kondisi kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sejauh ini menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Melalui kegiatan patroli, Manggala Agni berusaha memperoleh informasi tentang keseharian masyarakat sekitar di area rawan karhutla. Sebagaimana diketahui bahwa aktivitas membakar lahan masih menjadi pilihan bagi masyarakat dalam membuka lahan atau membersihkan kebun.
 “Informasi dari masyarakat inilah yang akan menjadi dasar penyusunan strategi di tahun-tahun mendatang, langkah apa yang dapat dilakukan di tahun-tahun ke depan untuk memutus rantai aktivitas masyarakat yang masih melakukan pembukaan lahan dengan membakar. Patroli terpadu masih menjadi salah satu upaya untuk pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat memiliki kesadaran dan merubah kebiasaan membuka lahan”, tegas Raffles.
Setelah beberapa hari terakhir tidak terjadi kebakaran di wilayah-wilayah rawan, Manggala Agni Daops Banyuasin kembali melakukan pemadaman. Pemadaman tersebut dilakukan di Desa Muara Baru, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir bersama dengan TNI, Polri, Satgas Desa, dan Tim Patroli Terpadu. Kegiatan patroli kali ini juga dilengkapi dengan kegiatan water bombing oleh Satuan Tugas Udara BNPB dengan menggunakan 1 unit Helikopter. Kebakaran yang terjadi pada lahan gambut seluas ± 1,5 Ha berhasil ditangani oleh tim patroli selama kurang lebih 1,5 jam.

Pada Selasa, 8 Oktober 2017 berdasarkan pantauan Satelit NOAA,  hotspot dari Posko Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK di wilayah Indonesia juga hanya ada 2 titik yaitu di Jawa Timur dan Sumatera Selatan. Berdasarkan Satelit TERRA AQUA juga hanya terpantau 4 titik panas saja yaitu di Provinsi Papua.
Hingga malam tadi (08/10/2017), menurut pantauan posko dari Satelit NOAA terdapat jumlah hotspot sebanyak 2.352 titik di seluruh Indonesia. Sedangkan pada periode yang sama di tahun 2016, jumlah hotspot tercatat sebanyak 3.498 titik. Terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 1.146 titik atau 32,76%.
Sementara, satelit TERRA-AQUA (NASA) mencatat terdapat 1.827 hotspot. Jumlah ini menurun sebanyak 1.736 titik (48,72%), jika dibandingkan dengan tahun 2016 pada periode yang sama, yaitu sebanyak 3.563 titik.

Penanggung jawab berita:
Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Djati Witjaksono Hadi – 081375633330

Melayani hak anda untuk tahu