Tujuh Pesan Utama Indonesia dalam Penutupan COP22 di Marrakesh untuk Menekan Perubahan Iklim Dunia

Mon, 21 November 2016

Nomor : SP. 132 /HUMAS/PP/HMS.3/11/2016

Marakesh, Maroko, Biro Humas KLHK, 20 November 2016: Setelah bernegosiasi selama dua minggu, maka pada Sabtu (19 November2016) dini hari waktu Marakesh, sebanyak 197 negara anggota PBB bidang Perubahan Iklim atau United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) bersama-sama menutup COP22 di Marrakesh. 
Setelah berhasil menyepakati Persetujuan Paris tahun kemarin, pada tahun ini negara-negara aggota bersepakat untuk membahas modalitas, prosedur dan pedoman pelaksanaannya untuk tahun-tahun yang akan datang hingga tahun 2050. Dr. Nur Masripatin, selaku Ketua Negosiator Delegasi Indonesia menyatakan, “Banyak orang belum menyadari kalau negosiasi multilateral UNFCCC ini merupakan portofolio terbesar dan terkompleks, dimana hampir seluruh negara di duniaterlibat, sehingga Indonesia sangat penting untuk berperan di dalamnya”.
Pada acara puncak penutupan COP22, Indonesia mebacakan posisinya dihadapan Presiden COP dan 1500 peserta yang mengikuti acara penutupan COP22 ini. Tepat pada pukul 1.40 dini hari waktu Marrakesh, Maroko, Indonesia mendapatkan gilirannya untuk menyampaikan tujuh pesan utama yang disampaikan untuk menjadi perhatian bagi Presiden COP dan seluruh negosiator dimasa yang akan datang. Adapun ketujuh pesan utama Indonesia itu adalah sebagai berikut:
• Mendorong pencapaian target penurunan emisi dan agenda adaptasi sebelum tahun 2020 sebagai landasan kuat untuk pelaksanaan komitmen negara-negara pasca 2020. Secara khusus kepada negara-negara maju yang telah meratifikasi Amandemen Doha , untuk dapat menuntaskan kewajibannya dalam menurunkan emisinya.

• Perhatian yang sama juga ditujukan terhadap program-program adaptasi, mitigasi dan dukungan pendanaan, alih teknologi dan peningkatan kapasitas harus sama rata. Indonesia juga mendorong agar perlakuan yang sama ini harus berlanjut pada implementasi NDC, dengan mempertimbangan kapasitas yang berbeda-beda di masing-masing negara.

• Mendorong pencapaian target dukungan pendanaan 100 milar USD sampai tahun 2020, dengan memperhatikan antara janji (pledges) dan realisaasi. Indonesia juga mendorong agar target-target yang dibicarakan bukan hanya pra 2020 tapi juga pasca 2020 termasuk pendanaan adaptasi.

• Menfasilitasi implementasi dan pemenuhan (Compliance) program mitigasi dan adaptasi sangat penting untuk mendukung pencapaian target Indonesia dan negara berkembang lainnya. Indonesia menekankan agar pemenuhan ini menjadi kunci dan harus dilanjutkan dengan prinsip fasilitatif, non punitif dan non adversarial.

• Peran dari transparansi kerangka kerja tidak ternilai harganya. Indonesia mengajak agar memperhatikan keseimbangan aspek substantif dan pengorganisasian pada pembahasannya serta keseimbangan pada transparansi aksi dan dukungan pendanaan, alih teknologi dan peningkatan kapasitas. Hal ini sangat penting untuk eveluasi pencapaian melalui pelaporan global-secara kolektif (global stocktake) di tahun 2023 mendatang.

• Menegaskan pentingnya tindak lanjut semua mandat dari COP22, CMP-12 dan CMA-1 termasuk submisi negara anggota dan aspek substansi lainnya, dan menyetujui penetapan waktu kelanjutan persidangan CMA-1. Indonesia juga mendukung pelaksanaan Dialog Fasilitatif di tahun 2018 untuk meniliai kesiapan setiap negara dalam menjalankan NDC nya masing-masing.

• Indonesia menegaskan prinsip inklusifitas, transparan, terbuka dan mengikut sertakan seluruh anggota dalam proses negosiasi mendatang.

Dr. Nur Masripatin, sebelum menutup aktivitasnya di COP22 ini menyampaikan pandangan ini kembali, dan mengajak seluruh negara agar penyelesaian “rule book” dari Persetujua Paris dapat dipercepat. Anggota delegasi Indonesia yang masihaada di area Plenari Marrakesh dan di Sekretariat Delri sangat senang menjadi saksi penyampaian rangkuman posisi Indonesia tersebut. Ini adalah hasil kerja bersama dari tim delegasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta kementerian dan lembaga lain, mulai dari persiapan di Jakarta, hingga pada penyampaian posisi di Marrakesh, Maroko. 
Rektarini, salah satu staf di Direktorat Jenderal PPI KLHK berkaca-kaca, ketika mendengar pembacaan posisi tersebut yang diawali dengan ucapan, “Mewakili Rakyat Indonesia”, ia mengatakan, seakan-akan ada 220 juta penduduk Indonesia yang ikut dalam menyerukan pengendalian perubahan iklim ditingkat dunia.
***

Penanggung jawab berita:

Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Novrizal Tahar – 0818432387

Informasi selengkapnya di:
www.ppid.menlhk.go.id
Twitter: @KementerianLHK
Facebook: Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Melayani hak anda untuk tahu